Article

Dari 4P hingga 7P Marketing Mix

Bagaimana Strategi Marketing ini Terus Berevolusi?

August 2025

Proxsis Mark - Dari 4P hingga 7P Marketing Mix
Proxsis Mark - Dari 4P hingga 7P Marketing Mix

Marketing Mix atau bauran pemasaran adalah salah satu kerangka kerja paling fundamental dalam dunia pemasaran. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Jerome McCarthy pada tahun 1960-an, konsep 4P (Product, Price, Place, Promotion) menjadi tulang punggung strategi pemasaran produk fisik di era industri.

Namun, dunia bisnis terus berubah. Layanan menjadi semakin dominan, dan pengalaman pelanggan menjadi penentu utama kesuksesan sebuah merek. Dalam konteks ini, konsep Marketing Mix berevolusi dari 4P menjadi 7P—mencakup People, Process, dan Physical Evidence.

Konsep 4P: Dasar Strategi untuk Produk Fisik

Di masa lalu, pemasaran sangat berfokus pada produk fisik. Maka dari itu, strategi 4P sangat relevan digunakan di industri manufaktur, elektronik, retail, FMCG (Fast Moving Consumer Goods), hingga otomotif. Penjelasan tiap elemen:

  1. Product – Apa yang dijual ke konsumen.

  2. Price – Berapa harga produk tersebut.

  3. Place – Di mana produk dijual atau didistribusikan.

  4. Promotion – Bagaimana produk dikomunikasikan ke target pasar.


Lahirnya 7P: Menyesuaikan Diri dengan Produk Berbasis Layanan

Seiring tumbuhnya sektor jasa dan meningkatnya ekspektasi pelanggan, strategi 4P saja tidak lagi cukup. Maka lahirlah perluasan menjadi 7P Marketing Mix, dengan tiga elemen tambahan:

  1. People – Orang-orang yang terlibat dalam proses pelayanan (seperti staf, CS, teknisi).

  2. Process – Prosedur, sistem, dan alur pelayanan yang dirasakan pelanggan.

  3. Physical Evidence – Bukti fisik dari layanan seperti desain interior, kemasan, atau tampilan digital yang memperkuat kesan profesional.

Perluasan ini memberi angin segar bagi perusahaan berbasis layanan seperti perbankan, pendidikan, teknologi, e-commerce, bahkan layanan publik.

7P Jadi Strategi Universal: Tidak Hanya untuk Jasa

Faktanya, batas antara produk dan layanan kini makin kabur. Produk fisik seringkali didampingi layanan tambahan: garansi, pengiriman cepat, konsultasi, hingga customer care 24 jam. Maka, strategi 7P kini digunakan oleh:

  • Retail modern yang memadukan pengalaman digital dan offline

  • Brand F&B yang menjual rasa dan pengalaman

  • Industri otomotif yang menonjolkan proses layanan dan people dalam showroom maupun after-sales service

Kenapa Pelanggan Memilih Anda?

Dalam pasar yang semakin padat, produk bagus saja tidak cukup. Yang diingat pelanggan adalah bagaimana mereka dilayani, dibantu, dan dimudahkan. Di sinilah strategi 7P menjadi senjata ampuh untuk membangun keunggulan diferensiasi dan loyalitas pelanggan.

Conclusion

7P Bukan Sekadar Teori, Tapi Kebutuhan Nyata

Bagi perusahaan modern—baik yang menjual produk maupun layanan—7P bukan lagi sekadar kerangka teoritis. Ini adalah alat navigasi untuk menjawab pertanyaan paling penting: Bagaimana pelanggan merasakan pengalaman dengan brand Anda?

Jika jawaban Anda adalah: “Mereka merasa diperhatikan, dibantu, dan dilayani dengan profesional”, maka Anda telah menerapkan 7P yang sesungguhnya.

Butuh konsultasi lebih lanjut tentang

Business Strategy

Share on :

Baca Juga

August 2025

Proxsis Mark - Mengenal Strategi Fear-Based Marketing
Proxsis Mark - Mengenal Strategi Fear-Based Marketing

Apa Itu Fear-Based Marketing?

Fear-Based Marketing adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan rasa takut konsumen untuk mendorong keputusan pembelian. Ketakutan ini bisa bersifat nyata maupun emosional, seperti takut gagal, takut terlihat miskin, takut anak sakit, atau takut kehilangan masa depan.

Alih-alih fokus pada fitur produk, strategi ini lebih menonjolkan perasaan: rasa aman, status sosial, eksklusivitas, hingga jaminan kualitas hidup. Konsumen membeli bukan karena butuh, tapi karena takut akan risiko jika tidak membeli.

August 2025

Proxsis Mark - Mengenal Strategi Fear-Based Marketing

Apa Itu Fear-Based Marketing?

Fear-Based Marketing adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan rasa takut konsumen untuk mendorong keputusan pembelian. Ketakutan ini bisa bersifat nyata maupun emosional, seperti takut gagal, takut terlihat miskin, takut anak sakit, atau takut kehilangan masa depan.

Alih-alih fokus pada fitur produk, strategi ini lebih menonjolkan perasaan: rasa aman, status sosial, eksklusivitas, hingga jaminan kualitas hidup. Konsumen membeli bukan karena butuh, tapi karena takut akan risiko jika tidak membeli.

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

Part of

© 2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Brand & Website by

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

Part of

© 2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Brand & Website by

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

Part of

© 2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Brand & Website by